Judul Cerpen : Karna Mereka Berdua
By : Yama Yam
Karena Mereka Berdua
Bukan soal rasa,
bukan cinta, bukan apa apa cerita ini hanya berisi naluri dan nurani. Gue
Arjuna, panggil aja Jun. Hidup pas pas an, seorang pekerja paruh waktu pelayan
sebuah caffe tongkrongan di kota yang besar ini. Separuh waktu lainnya gue
adalah seorang mahasiswa di Universitas Airlanggo, sebuah unviersitas ternama
di negeri ini.
Bukan suatu
keberuntungan gue bisa kuliah disini. Ya... Gue berjuang dan berdoa atas itu
semua. Dari desa terpencil disana, Gue sangat merindukan Emak dan Babe yang
sudah mulai menua. Mereka adalah penyangga semangat gue sampai masih bisa
berdiri tegak sampai saat ini.
Gue sudah kaya
akan pahit kecut hambar keasinan getir pedasnya hidup ini. Sungguh, gue merasa
hidup gue seperti besi yang dipanaskan lalu di pukul pukul dan entah akan
membentuk apa besi itu. Gue mengibaratkan diri gue sebatang besi bukan piringan
kaca yang dipukul langsung hancur. Tidak tidak.
"Jun....
Please come here!!!!!!!!!!",
Ya, itu panggilan Calish anak Mr. Brown
pemililk usaha emas di toko besar ini. Mereka sangat berbaik hati pada gue,
memberi tempat tinggal. Meskipun, sebuah loteng.
"I'm coming
......!!!!", teriak gue.
Gue melihat
Calish anak bule SMA ini sedang tersenyum senyum sambil memegang anjingnya.
"Jun!!!!
Please!!! U should to know my new story!!!!!!!!", katanya.
Yea... Dia sering
curhat padaku mengenai pacar pacarnya.... Padahal, dia anak Mr Brown yang baru
seminggu datang ke Indonesia dari USA namun sudah sangat sok akrab dengan gue.
"Calish...sorry Its time to work... I should to take a bath
first...", kata gue, Calish berjalan meninggalkan loteng alias kamar gue.
Ya, Mr.Brown
adalah orang bule baik hati yang menolong gue ketika gue terlantar di pinggir
tokonya sedang sakit dan tak tau arah kemana gue harus nginep. Gue kehabisan
uang dan gue masuk angin. Sangat mengenaskan.
Tak tau darimana
mulainya. Calish membuntutiku berjalan di belakang menuju Caffe tongkrongan
gue.
"Wht ar u doing Calish!!???",
kataku menoleh padanya.
Calish terkejut
lalu tertawa abis abis an. Ia hanya lagi gak ada kerjaan lalu iseng iseng
mengikutiku.
"Jun! I'm
ur fans since now!! Hahahhaaa", katanya sambil tersenyum manis sekali.
"Wht??", kataku sambil mengumbar
tertawa.
Dia bilang
sangat menyukaiku. Katanya lagi, gue adalah sumber inspirasinya. Walah......
Yup. Calish
nongkrong sendirian di Caffe-gue. Yeaa gue kerja soalnya. Dia melihati gue
terus terusan. Hash.... Dasar anak kecil!.
"Arjuna????", kata seorang pelanggan mengejutkan gue.
Sungguh, gue
baru inget gue baru nyadar kalo gue kan punya saudara di kota ini. :o
"Mbak
Cintiya??", kata gue terbata.
Mbak Cintiya
langsung megang tangan gue pipi gue lalu bilang kalo emak gue lagi sakit parah!
Di desa. Kemaren, Pak RT di desa sana menelfon keluarga mbak cintiya di kota
ini.
Mataku langsung
terperanjat!. Tubuhku dingin dan air mata ... Masih dapat aku kontrol.
"Gue ..
Gue harus pulang sekarang juga mbak..", kata gue sambil berlari menuju
manager.
Penjelasan
puanjang kali lebar yang sempet ditolak juga. Akhirnya meperbolehkan. Gue
segera pamit sama mbak cintiya dan menggandeng Calish untuk segera menuju
Mr.Brown dan berpamitan untuk pulang sejenak.
Mengenai
Kuliah...... Gue segera menuju rumah dosen gue. Ya, gue mencatat rumah dosen -
dosen gue semuanya. Setelah banyak memberi alasan berlama berlamaaa akhirnya
dosen dosen itu memaklumi.
Oke gue membawa
celengan bentuk gepeng ini ya di masukin tas lah. Setelah berpamitan, calish
merengek rengek untuk ikut dan ingin tahu keadaan emak gue. Aduuh.. Calish
sampai nangis nangis sgala. Yaudah, akhirnya dia juga ikut. Berhubung Calish
ikut. Mr.Brown membiayai transportasi pulang pergi naik kereta kelas exkutif
sekaligus dan gue diberi uang saku untuk me-manage kebutuhan Calish di jalan
dan di desa sana.
Alhamdulilah.......naik kereta lebih cepat. Padal, rencana pertama gue
rencana naek bis. Uang gak nutut.
6 jam berlalu.
Akhirnya sampai di kota kelahiran. Gue dan Calish segera menaiki bis antar kota
untuk sampai di kabupaten gue dan desa gue. Tak lama kemudian, gue sampai juga
di depan rumah reyot emak babe. Airmata tak terbendung lagi...sungguh gue ingin
segera tau keadaaan emak gue....
Gue membuka
pintu, tak terkunci. Terlihat jelas... Emak bersandar di tempat tidur sedang
tidur. Gue segera memeluk emak tua ini dengan sangat pelan pelan.
Ya.. Emak
terbangun dan terkejut. Airmatanya berkeliaran. Mengusap rambut gue dan memeluk
gue.
Tak lama,
sesosok laki laki tua membuka pintu. Ya, dia babe gue. Dia terkejut, melotot
dan terperanjat seakan tak percaya. Ia meweluk gue erat erat ..... Oh... Gue
gak bisa mengontrol air mata ini.....
"Babe ayo..
Emak harus ke rumah sakit...", kata gue.
Babe mengeluh
akan biaya.
"Sudah lah
le... Emak dirawat di rumah aja le... Babe gak punya duit untuk pengobatan
le....", kata babe sambil menangis.
"Arjuna punya
be.. Ayo be..", kata gue segera membopong emak.
Naik Becak. Itulah
satu satunya transportasi.
Calish seperti di
acuhkan walaupun emak dan babe sudah sempat menanyakannya. Makanya, Gue tetep
menggandengnya khalayak adek gue sendiri.
Sesampainya
disana, diperiksa ternyata emak sakit masuk angin komplikasi yang akut. Emak
diharuskan untuk ngamar. Calish mempunyai berjuta pertanyaan. Mukanya yang bule
sangat merah terlihat benar benar sedih.
Ia ingin sekali
memeluk emak gue. Gue izinkan. Emak tersenyum tulus memeluk Calish serta
mengusap rambut pirangnya.
Gue tau, uang di
celengan ini isinya tak seberapa untuk memenuhi biaya pengobatan. Diam diam gue
pergi ke kamar mandi untuk memecah celengan butut ini. Ya... Isi celengan ini
hanya 5.359.300. Gaji kerja 5 bulan terpotong uang makan dan kebutuhan. Cukup
gak ya...
Gue menuju
administrasi dan menanyakan mengenai biaya. Perkiraan biaya sementara adalah
2.150.000. Ya... Ini belum pengobatan hari kemudian.
Gue keluar untuk
membeli buah buahan. Oh iya, keluarga mbak cintiya? Katanya ditelfon pak RT.
Namun tak datang menjenguk. Haha.. Biarlah.......
Emak terlihat
membaik. Babe tak henti hentinya berdoa. Emak sungguh senang senang dan senang.
Mak... Rindu yang di dalah hati gue juga sudah terobati mak :).
Setelah 3 hari ngamar. Akhirnya Emak sudah
boleh pulang. Emak sudah membaik. Gue menuntun emak menaiki becak dan pulang.
Tak tega sebenarnya. Namun, kuliah mengharuskan gue untuk menginggalkan emak
secepat ini.kuliah bidikmisi ini tak boleh sedikitpun ada suatu gejala merah di
rapot. Sungguh berat rasanya.
Ingin bisa bolak
balik pulang. Namun, gue gak punya biaya untuk itu. Hash....
Uang sisa biaya
rumah sakit kemarin masih sekitar 1 jutaan.. Gue memberikannya pada Emak uang
itu dengan gue bungkus amplop putih. Maak.. Gue hanya bisa ngsih segini mak...
Gue akan berjanji untuk sukses mak. Semua itu untuk emak dan babe.
Ya, airmata
mengantarkan gue dan calish meninggalkan desa terpencil itu.
Uang dari
Mr.Brown masih tersisa banyak. Ya... Calish memintaku untuk makan mewah malam
ini. Ya, di Stasiun kota.
Pagi cerah, kami
berdua sampai di rumah. Calish segera memeluk Mr.Brown. Gue segera mandi dan
pergi kampus.
Hari demi hari
gue menanti kesuksesan itu.... Gue ingin naikin haji emak dan babe, ingin
belikan rumah untuk emak babe, dan ingin membangun masa tua emak dan babe yang
indah... Ya... Amin. Gue semakin bersemangat melangkahkan kaki menuju kampus.
"Arjun!!!!", teriakan Adel.
"Apa?", kataku sedikit penasaran.
"Tidak :)
gue senang, gue bisa ketemu lo! Yuk bareng ke kelas! :)", kata Adel sambil
menarik tangan dan menggandeng gue berjalan.
END
0 komentar:
Post a Comment