Loading...
Wednesday, 16 April 2014

Karna Mereka Berdua - ( CERPEN- FICTION SHORT STORY )

Judul Cerpen : Karna Mereka Berdua
By : Yama Yam                              

Karena Mereka Berdua
      Bukan soal rasa, bukan cinta, bukan apa apa cerita ini hanya berisi naluri dan nurani. Gue Arjuna, panggil aja Jun. Hidup pas pas an, seorang pekerja paruh waktu pelayan sebuah caffe tongkrongan di kota yang besar ini. Separuh waktu lainnya gue adalah seorang mahasiswa di Universitas Airlanggo, sebuah unviersitas ternama di negeri ini.
      Bukan suatu keberuntungan gue bisa kuliah disini. Ya... Gue berjuang dan berdoa atas itu semua. Dari desa terpencil disana, Gue sangat merindukan Emak dan Babe yang sudah mulai menua. Mereka adalah penyangga semangat gue sampai masih bisa berdiri tegak sampai saat ini.
     Gue sudah kaya akan pahit kecut hambar keasinan getir pedasnya hidup ini. Sungguh, gue merasa hidup gue seperti besi yang dipanaskan lalu di pukul pukul dan entah akan membentuk apa besi itu. Gue mengibaratkan diri gue sebatang besi bukan piringan kaca yang dipukul langsung hancur. Tidak tidak.
     "Jun.... Please come here!!!!!!!!!!",
    Ya, itu panggilan Calish anak Mr. Brown pemililk usaha emas di toko besar ini. Mereka sangat berbaik hati pada gue, memberi tempat tinggal. Meskipun, sebuah loteng.
     "I'm coming ......!!!!", teriak gue.
     Gue melihat Calish anak bule SMA ini sedang tersenyum senyum sambil memegang anjingnya.
     "Jun!!!! Please!!! U should to know my new story!!!!!!!!", katanya.
    Yea... Dia sering curhat padaku mengenai pacar pacarnya.... Padahal, dia anak Mr Brown yang baru seminggu datang ke Indonesia dari USA namun sudah sangat sok akrab dengan gue.
     "Calish...sorry Its time to work... I should to take a bath first...", kata gue, Calish berjalan meninggalkan loteng alias kamar gue.
      Ya, Mr.Brown adalah orang bule baik hati yang menolong gue ketika gue terlantar di pinggir tokonya sedang sakit dan tak tau arah kemana gue harus nginep. Gue kehabisan uang dan gue masuk angin. Sangat mengenaskan.
      Tak tau darimana mulainya. Calish membuntutiku berjalan di belakang menuju Caffe tongkrongan gue.
      "Wht ar u doing Calish!!???", kataku menoleh padanya.
      Calish terkejut lalu tertawa abis abis an. Ia hanya lagi gak ada kerjaan lalu iseng iseng mengikutiku.
       "Jun! I'm ur fans since now!! Hahahhaaa", katanya sambil tersenyum manis sekali.
       "Wht??", kataku sambil mengumbar tertawa.
       Dia bilang sangat menyukaiku. Katanya lagi, gue adalah sumber inspirasinya. Walah......
       Yup. Calish nongkrong sendirian di Caffe-gue. Yeaa gue kerja soalnya. Dia melihati gue terus terusan. Hash.... Dasar anak kecil!.
      "Arjuna????", kata seorang pelanggan mengejutkan gue.
      Sungguh, gue baru inget gue baru nyadar kalo gue kan punya saudara di kota ini. :o
       "Mbak Cintiya??", kata gue terbata.
      Mbak Cintiya langsung megang tangan gue pipi gue lalu bilang kalo emak gue lagi sakit parah! Di desa. Kemaren, Pak RT di desa sana menelfon keluarga mbak cintiya di kota ini.
      Mataku langsung terperanjat!. Tubuhku dingin dan air mata ... Masih dapat aku kontrol.
        "Gue .. Gue harus pulang sekarang juga mbak..", kata gue sambil berlari menuju manager.
        Penjelasan puanjang kali lebar yang sempet ditolak juga. Akhirnya meperbolehkan. Gue segera pamit sama mbak cintiya dan menggandeng Calish untuk segera menuju Mr.Brown dan berpamitan untuk pulang sejenak.
        Mengenai Kuliah...... Gue segera menuju rumah dosen gue. Ya, gue mencatat rumah dosen - dosen gue semuanya. Setelah banyak memberi alasan berlama berlamaaa akhirnya dosen dosen itu memaklumi.
      Oke gue membawa celengan bentuk gepeng ini ya di masukin tas lah. Setelah berpamitan, calish merengek rengek untuk ikut dan ingin tahu keadaan emak gue. Aduuh.. Calish sampai nangis nangis sgala. Yaudah, akhirnya dia juga ikut. Berhubung Calish ikut. Mr.Brown membiayai transportasi pulang pergi naik kereta kelas exkutif sekaligus dan gue diberi uang saku untuk me-manage kebutuhan Calish di jalan dan di desa sana.
      Alhamdulilah.......naik kereta lebih cepat. Padal, rencana pertama gue rencana naek bis. Uang gak nutut.
      6 jam berlalu. Akhirnya sampai di kota kelahiran. Gue dan Calish segera menaiki bis antar kota untuk sampai di kabupaten gue dan desa gue. Tak lama kemudian, gue sampai juga di depan rumah reyot emak babe. Airmata tak terbendung lagi...sungguh gue ingin segera tau keadaaan emak gue....
     Gue membuka pintu, tak terkunci. Terlihat jelas... Emak bersandar di tempat tidur sedang tidur. Gue segera memeluk emak tua ini dengan sangat pelan pelan.
     Ya.. Emak terbangun dan terkejut. Airmatanya berkeliaran. Mengusap rambut gue dan memeluk gue.
      Tak lama, sesosok laki laki tua membuka pintu. Ya, dia babe gue. Dia terkejut, melotot dan terperanjat seakan tak percaya. Ia meweluk gue erat erat ..... Oh... Gue gak bisa mengontrol air mata ini.....
     "Babe ayo.. Emak harus ke rumah sakit...", kata gue.
     Babe mengeluh akan biaya.
     "Sudah lah le... Emak dirawat di rumah aja le... Babe gak punya duit untuk pengobatan le....", kata babe sambil menangis.
    "Arjuna punya be.. Ayo be..", kata gue segera membopong emak.
    Naik Becak. Itulah satu satunya transportasi.
     Calish seperti di acuhkan walaupun emak dan babe sudah sempat menanyakannya. Makanya, Gue tetep menggandengnya khalayak adek gue sendiri.
    Sesampainya disana, diperiksa ternyata emak sakit masuk angin komplikasi yang akut. Emak diharuskan untuk ngamar. Calish mempunyai berjuta pertanyaan. Mukanya yang bule sangat merah terlihat benar benar sedih.
     Ia ingin sekali memeluk emak gue. Gue izinkan. Emak tersenyum tulus memeluk Calish serta mengusap rambut pirangnya.
    Gue tau, uang di celengan ini isinya tak seberapa untuk memenuhi biaya pengobatan. Diam diam gue pergi ke kamar mandi untuk memecah celengan butut ini. Ya... Isi celengan ini hanya 5.359.300. Gaji kerja 5 bulan terpotong uang makan dan kebutuhan. Cukup gak ya...
     Gue menuju administrasi dan menanyakan mengenai biaya. Perkiraan biaya sementara adalah 2.150.000. Ya... Ini belum pengobatan hari kemudian.
    Gue keluar untuk membeli buah buahan. Oh iya, keluarga mbak cintiya? Katanya ditelfon pak RT. Namun tak datang menjenguk. Haha.. Biarlah.......
     Emak terlihat membaik. Babe tak henti hentinya berdoa. Emak sungguh senang senang dan senang. Mak... Rindu yang di dalah hati gue juga sudah terobati mak :).
     Setelah 3 hari ngamar. Akhirnya Emak sudah boleh pulang. Emak sudah membaik. Gue menuntun emak menaiki becak dan pulang. Tak tega sebenarnya. Namun, kuliah mengharuskan gue untuk menginggalkan emak secepat ini.kuliah bidikmisi ini tak boleh sedikitpun ada suatu gejala merah di rapot. Sungguh berat rasanya.
     Ingin bisa bolak balik pulang. Namun, gue gak punya biaya untuk itu. Hash....
      Uang sisa biaya rumah sakit kemarin masih sekitar 1 jutaan.. Gue memberikannya pada Emak uang itu dengan gue bungkus amplop putih. Maak.. Gue hanya bisa ngsih segini mak... Gue akan berjanji untuk sukses mak. Semua itu untuk emak dan babe.
      Ya, airmata mengantarkan gue dan calish meninggalkan desa terpencil itu.
     Uang dari Mr.Brown masih tersisa banyak. Ya... Calish memintaku untuk makan mewah malam ini. Ya, di Stasiun kota.
     Pagi cerah, kami berdua sampai di rumah. Calish segera memeluk Mr.Brown. Gue segera mandi dan pergi kampus.
     Hari demi hari gue menanti kesuksesan itu.... Gue ingin naikin haji emak dan babe, ingin belikan rumah untuk emak babe, dan ingin membangun masa tua emak dan babe yang indah... Ya... Amin. Gue semakin bersemangat melangkahkan kaki menuju kampus.
      "Arjun!!!!", teriakan Adel.
      "Apa?", kataku sedikit penasaran.
       "Tidak :) gue senang, gue bisa ketemu lo! Yuk bareng ke kelas! :)", kata Adel sambil menarik tangan dan menggandeng gue berjalan.

                                           END

0 komentar:

Post a Comment

 
TOP