Judul Cerpen : A Guardian Angel
By : Yama Yam
A Guardian Angel
By : Yama Yam
A Guardian Angel
Amel. Itu
nama gue. Nama gue just Amel. Gak ada kepanjangannya lagi. Nyokap hanya bisa
memberi nama itu karena Tuhan sudah keburu mencabut nyawa Nyokap. Yaps! Gue
anak piatu. Bokap? Bokap gue gak jelas dimana. Entah mati atau kemana sekarang
gue gak urus. Namun, gue udah nge-judge dia MATI!. So, gue anak yatim piatu.
Di umur gue
yang 16 tahun ini, bisa dikatakan sangat sulit sulitnya dimana titik hidup gue.
Kenapa? Gue sudah melepaskan diri dari panti asuhan itu. Gue kabur. Gak betah.
Walaupun belasan tahun disitu gue diberi makan kagak kerja. Sekolah di
sekolahin. Tetep aja, itu semua gak gratis maksudnya ya ada timbal baliknya
gitu. Gue beserta para anak panti disuruh kerja keras lah pemaksaan suruh sana
sini cuci bersih bersih dan bantuin usaha kerajinan tangan milik ibu panti.
Masak masak sendiri, pokoknya semua itu yang ngelakuin anak panti sendiri lah.
Gk ada pengasuh panti itu gak ada. Hah udah lah, yang ada sekarang gue harus
mikirin kemana tujuan gue sekarang ?
Gue
ngenaikin bus antar provinsi. Untung, uang tabungan gue slama ini cukup banyak
dan mungkin cukup untuk cari nginep di jakarta sana entar. Dalam lamunan kosong
ini, gue sempet bingung juga sih. Gue harus kemana terus sekolah gue? Terus gue
harus jadi apa kalo kaya gini. Erika, Vio,
Ardi, Endra Kelvin... Aku jadi kangen sama kalian. Mungkin sekarang,
mereka sedang heboh hebohnya nyari gue. :( maafin aku. Aku harus cari jalan
hidup gue sendiri. :(
Tak terasa.
Dalam tidur gue yang lumayan lelap tadi. Gue udah sampai di terminal
pemberhentian bus. Aku bertemu dengan puluhan muka orang yang pastinya sudah
memiliki tujuan masing masing. Seorang ibu menggendong anaknya, seorang bapak
bersama istrinya, serta ada nenek nenek yang di gandeng mungkin bersama cucunya
yang seumuran gue. Hah! Sudahlah.... Gue mencari tempat duduk di terminal. Gue
melihat angkutan kota yang bertujuan kota jakarta pusat. Emm... Mungkin gue
bisa menaikinya.
Dari
angkutan kota itu, aku minta turun persis dibawah monas. Sekalian pengalaman
pertama gue melihat monas.setengah jam berlalu, gue sampai di depan monas. Hm,
ternyata ya seperti di tipi tipi bentuknya.
Gue turun
dan Gue mengecek isi dompet gue. Astagfirulloh! Uang gue tinggal 10.000 ribu
doang! :( gue harus gimana? Gue nginep dimana???? :o. Gue menatap langit yang cerah itu berharap
Tuhan memberi uang padaku :(.
BRRAAKK!!!!!!!
Aghhh!!!! Tubuh gue
terpelanting hebat seperti tertubruk kerbau puluhan!
Hah!
Dalam gak kesadaran gue! Seorang bertubuh tinggi yang tengah berlari dan
menabrakku tadi sudah membawa dompet gue!! Uang satu satunya gue!! Oh my god!!
Gue langsung berdiri dan mengejar orang tadi.
Capek! Gue
gak kuat..
"Woy maling!!! Woi!!! Dia maling!! Ambil dompet
gue!!!", gue teriak keras dalam lari gue itu sambil tangan memberi arah
telunjuk ke orang tinggi itu.
Gue terus mengejar perampok itu. Gue gak ngeladenin rasa
capek gue yang hebat itu.
"Woyy!! Balikin woyyy!!!!", teriak gue yang
mungkin tak berguna itu.
Hingga gue
gak tau udah berapa kilo gue lari. Orang itu menghilang entah kemana. Gue? Juga
gak tau udah berada di daerah mana?. Sungguh sekarang gue sudah gak punya apa
apa lagi. Tas gue? Ketinggal di depan monas tadi. Sekarang? Gue harus
gimana..?? Air mata gue gak terasa sudah menetes sejak tadi, gue duduh jongkok
menatap panasnya jalan aspal. Gue sudah tak beralaskan kaki lagi.
Haus....capek... Panas..... Itulah yang gue punya saat itu.
Lalu
lalang orang mungkin mengira gue adalah orang gila baru dan mereka tak
memperdulikan gue. Gue orang asing disini. Ya! Gue pendatang baru yang sungguh
sungguh menderitaaaa...
Gue pun
berusaha berdiri. Mencari tempat teduh di pinggiran toko yang tutup di daerah
pasar ini. Gue mengusap air mata ini. Gue mengecek saku celana gue yang mungkin
Tuhan telah memberi uang disitu. Ya.. Itu mustahil. Yang gue perlu sekarang
adalah air. Gue sangat haus sekali, capek... Gue pun duduk sambil menatap
rerumputan hijau di perbatasan jalan itu.
"Dek?
Permisi? Boleh minggir kesana sebentar ?", suara seseorang menghambyurkan
lamunan gue.
Gue
mnegusap air mata gue dan berkata," oh maaf mbak, iya maaf, saya akan
pergi, maaf mbak..". Gue segera berdiri dan pergi tanpa ingin tau kenapa
gue diusir dari tempat itu. Mungkin muka gue yang kayak orang gila.
"Dek
dek, maaf bukan bermaksud ngusir, namun ini daerah sini mau buat area shooting
film, jadi nanti setelah shooting selesai adek bisa lagi duduk disini , maaf ya
dek sekali lagi :)", kata seorang wanita cantik yang memakai hem hitam
terlihat seperti orang orang kru TV itu.
Gue gak
sadar gue melihat di hem-nya wanita itu bertuliskan SCTV :o shooting film?
Benarkah? :o "iya gakpapa mbak... , embak sctv? :o", tanya gue sambil
melanga. Lalu gue mulai melihat arah sekitar. Terpampang jelas disana ada para
kru TV yang membawa shooting lah apalah kamera berbagai macam perlengkapan. Gue
masih bengong.
"Iya
dek :), mohon minggir kesitu dulu ya dek, liat juga gapapa :)", kata wanita
itu sangat ramah.
Gue
tersenyum dan sekali lagi mengusap air mata gue yang masih tertempel jelas.
Gue
melihat lagi wajah jelas artis Marsya Timoti dan Vino Bastian sedang di make up
sambil berdiri disana. Sumpah, gue masih gak percaya secepat ini gue ketemu
artis:o. Mungkin ini hiburan dari Tuhan atas derita siang ini. Gue duduk di
kursi bawah pohon ini. Kursi yang sungguh reot, mungkin hanya gue yang mau
menduduki kursi ini disini. Gue mengamati jelas proses shooting itu.
Tanpa sadar gue mendengar suara dari
segerombolan anak SMA laki laki yang seperti membicarain gue disini. Kurang
ajar! Mereka melihat ke arah gue yang sedang duduk disini. Kata mereka, gue
orang cantik yang gila lah orang putus cinta terus gila lah. Sialan!. Lalu gue
berniat pergi dari tempat itu. Panasnya aspal sangat kurasakan. Sandal gue
sudah gak tau dimana nasibnya ketika mengejar copet tadi. Gue melewati para kru
shooting tadi, gue ingin mengamati lebih jelas muka muka artis itu. Ingin
rasanya berfoto dengan mereka. Tapi .. Hahaha itu semua buat apa jika dengan
keadaan gue sekarang. Baju lusuh tak beralaskaki dan dengar rambut acak
acakan membuat reaksi masyarakat seperti
takut dekat dekat dengan gue. Gue memilih tempat yang pas untuk melihat proses
shooting tadi, gue berdiri di bawah pohon pinggir jalan dan masih tetap
bertahan untuk melihat shooting itu sampai selesai.
Mbak mbak
yang tadi ? Seperti menghampiriku? Ada apa? :o apakah aku gak boleh liat? Apa
disini juga bakal sebagai tempat shooting? :o.
"Dek? Kakak mau minta tolong boleh dek? ", kata mbak tadi
sambil tersenyum.
"Itupun kalo adek mau, kakak nanti akan kasih upah juga :) adek mau
jadi figuran duduk seperti tadi dek? :) duduk disana kaya tadi?", tambah
kata mbak itu membuatku terkejut.
"Ha?
:o maksud mbak? Gue tokoh figuran masuk tipi? :o", kata gue terkejut.
"Iya:) gimana? Dan maaf bukannya lancang, adek tadi abis nangis
kan? Bisa akting nangis lagi kaya tadi dek? ", kata embak embak itu.
"Gue
gak bisa akting mbak . ", kata gue jujur.
"Sudah, masalah itu gampang.. sini dek :)", kata wanita itu
sambil menarik tangan gue menuju area shooting itu.
Gue
sungguh gak tau apa ini maksudnya?.
Gue di
make up in segala, terus. Gue disuruh beradu akting juga sama Marsya Timhoty:o
namun gue hanya berakting duduk dan nangis. Ketika Marsyha Timothy datang lalu
bakal nanyain ke gue kemana perginya Vino Bastian yang tadi barusan pergi terus
gue suruh ketawa gak jelas. Alias.. Gue disuruh menjadi figuran sebagai orang
gila.
Ya..
Okelah. Gue dikasih upah 25 ribu rupiah. Tuhan mendengar doa gue :). Thanks
god!. Mbak baik itu bernama Petra. Gue disuruh manggil dia Kak Petra aja.
"Makasih ya kak :), gue diberi minum juga. :) sumpah gue haus
banget daritadi :)", kata gue yang sudah mulai santai tidak gugup lagi.
"Yaudah, kan sekarang shooting udah kelar. Katanya tadi kamu mau
cerita ke Kak petra kenapa kamu bisa kaya gini?", kata Kak Petra itu yang
auranya baik banget deh.
Akhirnya,
gue cerita aja lah yang sebenernya. Gak bakal gue kira sebelumnya, tidak hanya
Kak Petra, penjual kue keliling yang kebetulan disitu dan sedang ikut nimbrung
ngobrol bertiga itupun menangis mendengar cerita gue. Sungguh, Mereka berhati
lembut. Tuhan, terimakasih Engkau telah mempertemukanku dengan orang yang punya
hati lembut ini. :)
"Dek,
mungkin atas pertemuan kita ini, kak petra telah mendapat tugas dari Tuhan
dek", kata Kak Petra dengan muka yang serius namun sayu.
"Maksudnya kak?", tanya gue lagi.
"Km
tinggal bersama saya aja dek:)", kata Kak Petra sambil memeluk gue tiba
tiba
Ya Tuhan,
hati gue tersentuh secara mendadak air mata gue mencair lagi lagi dan lagi. Gue
menangis terisak isak tiba tiba.
"Kak
:'(( ..", gue mendekap kak petra lebih erat lagi.
Tiba-tiba
seseorang kru TV yang mungkin atasannya Kak Petra datang menghampiri kami.
"Ada
apa ini? Petra? Ada apa kalian?!", tanya bapak itu.
Gue dan Kak
Petra terkejut dan melepaskan pelukan.
"Pak
Aldan, gak papa pak, ternyata Amel ini saudara jauh saya pak.!", kata Kak
Petra itu.
"Oh
ya? :) terus Amel tadi kok bisa seperti itu gimana? Kamu kabur dari
rumah?", tanya bapak itu yang mungkindirektur atau apalah.
"Iya
pak...", jawa gue.
Lalu Kak Petra
menceritakan kejadian yang sebenernya. Bapak bapak itu berniat untuk
memulangkan aku ke panti asuhan gue saja. Namun gue menolak.
"Maaf
pak, saya gak mau balik kesana lagi pak, mending saya mati daripada balik lagi
ke panti.", jawa gue ekstrim.
Akhirnya,
orang orang berhati mulia ini mengerti perasaan gue dan memberi jalan untuk
gue.
"Yaudah,
gini aja. Kamu boleh ngekos di kos kosan para kru TV :) ada satu kamar kosong
disana, bersama kak petra juga, gimana?", kata bapak itu.
Akhirnya, gue
menyetujui nya :) terima kasih Tuhan. Kata Bapak itu, masalah uang santai saja.
Tambahnya lagi, gue bakal disuruh berlatih akting dan mungkin bisa membantu
kalo ada peran figuran figuran gitu katanya. Gue sungguh sangat senang.
Gue ikut
masuk mobil shooting itu. Gue duduk disamping Kak Petra. Sesampainya tujuan
yaitu kos kos an Kak Petra. Gue disuruh mandi dan mengganti baju lusuh gue
dengan baju milik Kak Petra. Sungguh, orang ini berhati bidadari.
Kak Petra
segera kembali ke studio untuk melanjutkan kerja. Gue disuruh nunggu di kos
kosan saja. Gue duduk di depan kamar kos. Gue merasa, gue merasa sangat
beruntung sekali telah berada disini. Mungkin jika gue gak kecopetan dan masih
didepan Monas, mungkin gue sudah menjadi anak jalanan yang bakalan tidur di
emperan toko. Agh.... Sekarang, peutku sangat lapar, namun ini bukanlah masalah
besar bagiku. Di panti, hampir setiap hari kami semua puasa kecuali hari jumat.
Yah, makan sehari sekali. Sudahlah, itu masa lalu.
Dalam
kesepian ini, gue melihat sekitar kos ini. Kok auranya jadi mistis gini. Lalu
gue memutuskan untuk masuk kamar aja deh. Kamar gue berada di samping kanannya
kamar Kak Petra. Gue bersih bersih kamar dulu. Mulai detik ini, ya inilah titik
mulai kebangkitan dan kebebasan hidup gue yang nyata. Gue semangat untuk
menyongsong hari gue yang sebenernya. Satu jam bersih bersih dan menata dari
kasur hingga lemarinya yang kosong. Kamar gue udah bersih mengkilap.
Tanpa
sadar, gue terlelap tidur dengan sendirinya.
Gue melihat
Kak Petra memakai baju gaun putih cantik sekali. Rasanya gue seperti ada ikatan
darah atau apalah yang pasti baru aja kenal sama Kak Petra, gue sama dia udah
terasa deket banget. Kak Petra sudah gue anggap kakak kandung gue:).
"Dek Amel!
Kamu harus jadi anak yang baik ya:) Kak Petra mau menghadiri pesta yang sangat
meriah dulu:)", kata Kak Petra.
"Kak!
Amel ikut!!!", teriak gue sambil menarik tangan kak Petra agar berhenti
melangkah.
"Enggak boleh! Ini acara khusus :) dek Amel disini aja, jangan
ikut! :) jaga diri baik baik ya!! ", kata terahkir Kak Petra yang lalu
segera berlari meninggalkan gue.
Gue
teriak sekencang-kencangnya...
"KAK
PETRA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!".
Keringat dingin memenuhi mukaku. Nafas gue
gak teratur.
Huuh... Hanya mimpi
saja ternyata. Astagfirulloh aladzim. Gue pun berdiri dan melihat keluar kamar.
Ternyata belum seorangpun yang kembali ke kos kos an ini. Sangat sepi. Gue
balik ke kasur.
Tiba-tiba gue jadi kangen Kak Petra. Hah.
Apalah ini.
Gue mulai ngelamun lagi, gue memikirkan gimana sekolah gue?
Gue putus sekolah? Gue ingin sekolah tapi gimana? Gue gak ingin ngerepotin Kak
Petra. Tapi, ke siapa lagi gue harus meminta tolong?. Gimana ini:( Mungkin
sementara waktu ini, gue putus sekolah dulu saja deh. Gue melanjutkan tidur
siang gue.
Hingga sore tiba.
Jam menunjukkan pukul setengah enam lebih 7 menit. Terdengar suara mobil dan
motor berdatangan. Ya, mungkin mereka para pekerja syuting itu yaitu pengekos
ini juga mulai pulang. Gue menanti kedatangan Kak Petra. Gue keluar kamar.
Namun, gue
sangat terkejut. Kakak kakak yang masih memakai baju kerja itu semua menangis
terisak isak, mereka terlihat terburu buru sambil terlihat sekali menahan beban
kesedihan yang sangat terlihat. Mereka menangis semua dan menuju kamar masing
masing. Ingin sekali gue menanyakan ada apa, namun sepertinya mereka terlihat
sangat terburu-buru. Gue masih menanti Kak Petra. Beberapa menit dari kakak
kakak itu datang. Mereka berganti baju hitam berjilbab dan mereka masih
meneteskan air mata masing masing. Kak Petra mana? Kak Petra tak juga datang.
Gue merasakan sejuta kecurigaan dan kekhawatiran. Mereka seperti kehilangan
seseorang yang di sayangnya. Mereka seperti mau takziah memakai hitam hitam.
Kak Petra
dimana?? Kok gak ikutan pulang??? . Akhirnya gue memberanikan diri untuk
bertanya. Perasaan khawatir dan curiga di dada ini sungguh tak tertolongkan.
"Maaf
kak, saya mau menanyakan sesuatu. Kakak tau Kak Petra? Kok gak ikutan pulang ya
kak? Dan maaf jika saya lancang bertanya, kakak kakak ini kok menangis semua
ada apa ya kak?", gue memberanikan diri.
Tak berselang
beberapa detik dari gue nanya. Kakak kakak ini semakin terisak isak dan kakak
yang gue tanyain semakin terisak sembari memeluk temannya. Gue sangat khawatir.
Apakah? Apakah ? Apa kah? Kak Petra?? Ya Tuhan, gue gak ingin gak ingin kakak
itu mengatakan yang sama persis dengan pemikiranku :'(( .
Salah seorang
teman dari kakak yang gue tanyain akhirnya menjawab pertanyaan gue tadi.
"Dek, Kak
Petra telah meninggal dunia. Tadi dalam perjalanan menuju studio Kak Petra
kecelakaan :'(", kata kakak itu yang sangat terlihan menahan perasaannya.
Gue gak bisa
menerima ini. Gue masih terbengong. Nggak nggak mungkin. Gue menjerit histeris
menangis. Entah gue gak tau keadaan gue setelah itu.
Gue terjatuh.
Terlihat jelas kakak kakak itu terlihat kebingungan menggotong tubuhku menuju
pinggir kamar kos. Gue disuruh minum. Gue gak bisa menerima ini. Kenapa Kak
Petra???!!!! Kenapa orang sebaik dia engkau cepat menyabut nyawanya Ya Tuhan.
Gue sudah gak kontrol lagi. Gue masih menangis memeluk salah seorang kakak yang
berada disampingku tanpa tau tanpa kenal dia siapa. Gue gak tau kenapa secepat
ini gue kehilangan orang yang gue temui sebaik dia yang telah menjadi gue
anggap bagian dari hidup gue sekarang. Kak Petra... :'((
Kakak itu
mengajakku menuju ke pemakaman Kak Petra di kampung halaman Kak Petra. Gue di
gonceng salah seorang teman Kak Petra. Kami menuju rumah sakit.
Kami masih
menanti keluarga Kak Petra datang di rumah sakit. Gue, gue gak tau harus
gimana. Hati gue sakit sakit sakit sekali. Setelah kedatangan keluarga sampai.
Gue dan semuanya menaiki mobil mengikuti mobil ambulans di depan untuk menuju
ke pemakaman Kak Petra di kampung halamannya.
Kami semua
menginap di rumah Kak Petra untuk mengikuti doa tahlill bersama untuk Kak
Petra. Suasana sendu sedih sangat mengakar kuat.
Seminggu telah berlalu sejak meninggalnya
almarhum kak petra. Sekarang gue tetep tinggal di kos kos an itu. Gue diberi
kerjaan sebagai penjaga kos dan serabutan saat ada shotiing film film gitu. Gue
juga disekolahin sama pak direktur. Semua itu, gue ulangin aja deh, semua itu
adalah hati kebaikan almarhum kak petra, sebelum beliau meninggal waktu itu.
Beliau sudah pernah memesan hal hal itu kepada pak direktur.
Arti
kehidupan gue sekarang adalah inilah titik mulai dari kehidupan gue sebatang kara.
END
0 komentar:
Post a Comment