Loading...
Friday, 11 July 2014

Memang Tak Bisa Bersembunyi ( Fiction Short Story - CERPEN )

Title Short Story       : Memang Tak Bisa Bersembunyi
By                            : Yama Yam

                                               Memang Tak Bisa Bersembunyi



     Tersangka pembunuhan itupun diseret oleh para polisi ganas menuju Bis warna hijau khusus para pidana. Ya, itulah nasib seorang bapak bapak yang kurang lebih berumur 40 tahunan. Sebut saja namanya Gandi. Wajahnya terlihat seperti tak memikul rasa sedih sedikitpun. Sangat tenang namun mengerikan.
      Hukuman 10 tahun penjara itupun ia lalui. Masih masuk akal, terdengar bahwa ia dan istrinya telah cerai setelah kejadian pembunuhan kepada suami teman tersangka. Ya, tersangka adalah seorang pembunuh bayaran. Mungkin bisa dibilang seperti demikian. Upah 12 juta rupiah akan diberikan jika berhasil membunuh sang target. Lebih mengerikan, otak dari pembunuhan ini adalah istri korban sendiri. Alasan pembunuhan ini masih belum terdengar. Namun, nasib malang memang menimpa Gandi. Ia hanya baru diberi 3 juta saja untuk DP pelaksanaan pembunuhan karena sang otak pembunuhan baru akan melunasi setelah suaminya benar benar meninggal dan hal itu didahului oleh penyergapan polisi kepada Gandi. Sekali lagi, memang sungguh mengerikan. Gandi berani melakukan itu karena masalah ekonominya yang semrawut. Kejadian ini adalah pembunuhannya untuk yang pertama kalinya.
       "Pilih aja ron..mau sepeda yang mana kamu nak..", kata Gandi sambil mengelus kepala anak laki lakinya yang berumur 11 tahun itu. 10 tahun di penjara membuatnya sangat terlihat tua dari sebelumnya. Baron sungguh merasa senang hari ini, pulang dari menjemput pembebasan ayahnya di penjara ia dibelikan sepeda baru. Upah kerja membuat ketrampilan ini diberikan kepada para tahanan ketika pembebasan tahanan. Gandi mewujudkan impian yang di tunggu tunggunya untuk membelikan anaknya sepeda baru.
       Hidup bersosial ia jalani lagi. Sahabat memang tak mengenal status. Ia tetap ditemani oleh para sahabatnya walau masa lalu jati dirinya. Seorang Preman kelas kakap dan tentunya pembunuh bayaran. Profesi sebagai preman ini digelutinya ketika ia muda di kota besar Surabaya. Namun, ia mulai meninggalkan Surabaya dan memilih untuk hidup di suatu kota kecil jauh dari Surabaya karena ia adalah seorang buronan polisi. Memang suatu kehidupan yang rumit. Gandi hanya memasang wajah tenang bahkan sangat teduh tanpa pikiran serumit kehidupannya.
       Di umur yang 40 tahunan itu, Gandi mendapatkan jodohnya kembali. Seorang wanita paruh baya mau menjadi istrinya. Istri yang penurut dan memberinya anak yang baru berumur 1 tahunan serta Baron anak dari istri pertamanya terasa menyempurnakan kehidupan kelam Gandi. Tak tau lebih jelasnya, sebagaimana bisa sang istri menyembunyikan perasaannya terhadap suaminya yang seorang preman sekaligus pembunuh ataupun istrinya benar benar tak mengetahuinya.
       Gandi, ia mulai sadar akan perbuatan di masa lalunya. Ia hanya menampakkan muka seperti orang biasa tanpa beban. Walaupun, ia tahu bahwa ia harus mencari uang untuk membeli susu anak keduanya yang berumur 1 tahunan.
       Tobat, kemungkinan besar ia akan melangkah sedikit demi sedikit menuju jalan kebenaran itu. Gandi menuju ke rumah sakit. Memasuki kamar donor darah. Ya, ia menjual darahnya pada pihak rumah sakit. Alhasil, ia dapat pulang dengan membawa susu kardus dan roti untuk anaknya. Hari demi hari ia bekerja keras untuk mencari sebuah pekerjaan halal. Seorang sahabatnya memberikan peluang kepadanya. Akhirnya, Gandi bekerja di suatu Bengkel Klenteng Mobil-mobil. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.
      Masa lalu Gandi yang sangat mengerikan itu sudah seperti hiasan yang selalu menempel pada permukaan dirinya. Yang selalu ada dan terlihat jelas bagi orang orang yang mengenalnya. Setiap orang mengetahui masa lalu Gandi. Bahkan dari mulut ke mulut, orang awam pun tahu masa lalunya walaupun tak mengetahui sosok Gandi yang mana. Pembunuh bayaran, itulah sebutannya. Namun, kedok seorang preman dan pembunuh bayaran ini tak berlaku di hati para anak dan istrinya. Gandi merupakan sesosok laki laki yang sangat lembut dan bijaksana, ucapan yang pernah keluar dari mulut Baron.  

                                  END

0 komentar:

Post a Comment

 
TOP