Judul Cerpen : Love Of Helena
By : Yama Yam
By : Yama Yam
Love Of Helena
Taman indah
beserta isinya itu ditatapnya bulat bulat setiap sore. Duduk bergoyang di atas
ayunan berwarna kuning ceria. Helena nama gadis anak bapak Thomson pemilik
saham terbesar perusahaan boneka termasyhur itu. Dia hanya termenung. Tak
terlihat senyum sedikitpun.
"Helen......", suara seseorang membuatnya terkejut.
"Hei,
Albert...", kata gadis jelita mulai menampakkan senyum indahnya.
Mereka terlihat
sangat akrab. Albert adalah teman sekelasnya.Sungguh sedih hati Albert
ajakannya untuk keliling kota ditolak secara halus oleh Helena.
"Oke...
Mungkin lain waktu saja.sebaiknya aku pamit pulang saja, kamu terlihat banyak
masalah helen.. Maaf aku menganggu..", kata Albert mulai meninggalkan
Helena dalam kesendirian.
Helena berdiri
dan berjalan menuju kamarnya. Para pembantu yang puluhan di rumah istananya
sangat menganggu moodnya. Setiap bertemu, pembantu pembantu itu selalu
mengucapkan salam, "hai nona Helena. ... Bla bla menyakaan keadaan , lalu
apa yang bisa dibantu dan haazzz... Banyak lagi.".
Sungguh rumit
kehidupan seorang anak kaya raya.
Helena memilih
mengunci di dalam kamar seharian. Lihatlah wajahnya yang jelita dengan bibir
tak ceria dan mimik muka yang tak bersemangat itu terlihat sekali dari mukanya.
Tak beberapa lama. Air mata menetes dari
kedua matanya. Helena meraih diary bear nya. Darah mengucur deras dari
hidungnya. Diary itu sudah tak berwarna biru lagi. Merah...merah semua. Helena
meraih tisu yang berada di meja sampingnya.
Ia mendongak ke
atas. Lalu ia menuju kamar mandinya. Ya, Helena adalah pengidap penyakit
leukimia. Sungguh tragis memang. Keluarganya tak mengetahuinya. Diam diam
Helena memeriksa sendiri ke rumah sakit sepulang sekolah.
Ia menangis.
Darah dari hidungnya tak kunjung berhenti. Ia tak bisa mengatasi itu. Ia pun
tak sadarkan diri.
Seluruh rumah
istana itu heboh akan tak sadarnya Helena. Tuan Thomson dan Nyonya Liberti juga
terlihat tergopoh gopoh pulang ke rumah. Dokter pribadi segera dipanggilnya.
Tuan Thomson
marah semarahnya terhadap para pembantu. Kenapa sampai tak tahu akan kejadian
anak semata wayangnya. Sungguh .... Nyonya Liberti sedih se sedih sedihnya. Tak
kunjung sadar. Helena di opname ke rumah sakit.
2 hari 3 hari 4
hari 5 hari........
"Albert......", suara Helena sangat lemah.
"Helen...
Kau sudah sadar? ", kata Albert.
Helena
memeluk Albert. Dia mengajak Albert untuk menemaninya keliling kota.
"Dengan
sangat senang hati Helen..:)", kata Albert menggandeng Helena.
Helena sangat
ceria. Albert pun juga lebih ceria.
Di ujung kota.
Helena berani untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Albert.....
Sungguh ... Aku tak tau akan perasaan aneh ini...", kata Helena.
Albert mematung
seakan menebak nebak apa maksud dari Helena.
"Aku cinta
sama kamu Albert...", kata Helena lemah.
Albert terasa
speechless....
Albert memeluk
Helena erat erat... Albert menangis.....
"HELENAAAA......................................!!!!!!!!!.",
teriakan Albert sungguh mengandung berjuta makna dalam hatinya.
Seisi kamar VIP
rumah sakit itu terlihat heboh. Tuan Thomson segera ikut memeluk anaknya.
Nyonya Liberti pingsan. Sang Dokter hanya terlihat pasrah.
Para suster
segera melepas semua peralatan infus dan semacamnya dari tubuh Helena.
Albert menangis
sejadi jadinya.
Ya, Helena telah
meninggal dunia dalam koma berhari hari itu. Nyawanya sudah keluar dan
berhamburan kesana kemari.
Disamping Albert,
Helena tersenyum. Lalu ia berjalan mendekati Tuan Thomson, ayahnya. Ia mendekat
ke telinga ayahnya dan membisikan, "aku bahagia ayah!".
Tuan Thomson
tergetar. Seakan ia tahu disampingnya adalah Helena. Ia hanya bisa menangis.
END
0 komentar:
Post a Comment